WORSHIP OF RATU SUBANDAR, MEKAH, MELAYU, AND SUNDAWAN AT KERTA NEGARA GAMBUR ANGLAYANG TEMPLE IN THE TRADITIONAL VILLAGE OF KUBUTAMBAHAN, BULELENG, BALI
Abstrak
Artikel ini merupakan hasil penelitian lapangan terhadap Pura Kerta Negara Gambur Anglayang di Desa Adat Kubutambahan, Buleleng, Bali. Tujuan riset ini adalah mengungkapkan latar belakang pemakaian nama Ratu Subandar, Mekah, Melayu, dan Sundawan sebagai nama bagainama nama pelinggih pada pura tersebut. Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif berbentuk penelitian sejarah dipadukan dengan penelitian kebudayaan. Pendekatan teori yang digunakan adalah meterialisme kebudayaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan nama Ratu Subandar, Mekah, Melayu, dan Sudawan berkaitan dengan lokasi pura tersebut dahulunya merupakan pelabuhan bernama Tabanding. Pelabuhan ini ramai didatang oleh pedagang Cina, Mekah (Arab), Melayu, dan Sunda. Orang Cina berperan pula sebagai subandar. Keragaman kunjugan pedagang memunculkan struktur sosial multikultur berbasis infrastruktur ekonomi perdagangan. Hal ini membentuk superstruktur ideologi, yakni keyakinan terhadap dewa-dewa yang juga bercorak keberagaman. Pola ini sesuai pula dengan teologi panteisme pada Agama Hindu yang menekankan bahwa Tuhan yang transendental dapat beimanensi ke dalam gejala alam. Keyakinan ini mengakibatkan gejala alam yang bepotensi memberikan kemakmuran dipersonifikasikan dengan dewa. Orang Bali menerimanya, karena sesuai pula dengan gambaran tentang dewa sebagai personifikasi dari Tuhan untuk memberikan kesejahteraan kepada manusia
Downloads
References
Lapian, A. B. (2008). Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad Ke-16 dan 17. Jakarta: Komunitas Bambu.
Lombard, D. (2006). Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Penerjemah. Winarsih Arifin]. Jakarta: KPG & Ecole Francaised’Extreme-Orient.
Putra, N. P. (2014). Membangun Karakter dengan Keutamaan Bhagavad Gita. Jakarta: Media Hindu.
Radhakrishnan, S. (2009). Hikmah Kearifan Hidup Anak Manusia Bhagawadgita dengan Esai Pengantar, Teks Sansekerta, Terjemahan Bahasa Indonesia, dan Cacatan-Catatan Penunjang. [Penerjemah Yudhi Murtanto]. Yogyakarta: IRCiSoD.
Reid, A. (2004). Sejarah Moderen Awal Asia Tenggara : Semuah Pemetaan. Jakarta: LP3ES.
Reid, A. (2014). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid I: Tanah di Bawah Angin. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Reuter, T. A. (2005). Custodiaans of the Sacred Mountains Budaya Masyarakat di Pengunungan Bali. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Russel, B. (2007). Sejarah Filsafat Barat Kaitannya dengan Kondisi Sosio –Politik Zaman Kuno Hingga Sekarang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Samuel, H. (2012). Peter L. Berger (sebuah pengantar ringkas). Depok: Kepik.
Sanderson, S. K. (2011). Makrososiologi Sebuah Pendekatan terhadap Realitas Sosisologi. [Penerjemah Farid Wajidi dan S. Menno]. Jakarta: Rajawali Press.
Shihab, M. Q. (2002). Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Smith, J. A. (2011). Rethinking Psychology : Dasar-Dasar Teoritis dan Konseptual Psikologi Baru. Bandung: Nusa Media.
Stuart-Fox, D. J. (2010). Pura Besakih Pura, Agama, dan Masyarakat Bali. [Penerjemah Ida Bagus Putra Yajnya]. Denpasar: Pustaka Larasan.
Untoro, H. O. (2007). Kapitalisme Pribumi Awal Kesultanan Banten: Kajian Arkeologi-Ekonomi. Depok: FEB UI.
Vansina, J. (2014). Tradisi Lisan sebagai Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Vickers, A. (2012). Bali Tempoe Doeloe. Jakarta: Komunitas Bambu.
Yani, A. (2020). Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII. Pusaka: Jurnal Khazanah Keagamaan, 8(2).
Yappy, S. N. (2019). Analisis Wacana Kritis: Latar Belakang dan Pilar-Pilarnya. BASIS, 41–47.
Copyright (c) 2024 Luh Putu Sri Ariyani

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.